Membiasakan Pembiasaan di SMPN 9 Bandung
Oleh
Suciati, M.Pd

Sumber : Koleksi SMPN 9 Bandung
Selama dua tahun lebih selama dunia dilanda Pandemi Covid-19 sehingga kegiatan sekolah dilakukan secara daring. Sejak Peserta Didik diterima secara resmi melalui PPDB Mereka cenderung tidak ke sekolah dan mengenal pembiasaan-pembiasaan sesuai program sekolah dikarenakan Mereka belajar di rumah atau belajar dari rumah atau dikenal dengan PJJ. Pada masa Pendemi Covid-19, Peserta Didik SMPN 9 Bandung belajar secara daring dan nyaris tidak mengenal program pembiasaan-pembiasaan yang dilakukaan sekolah dalam kegiatan belajar mengajar secara normal.
Pada bulan Maret 2022, dengan terbitnya SKB empat Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19 yang mendorong Akselerasi PTM Terbatas, maka Satuan Pendidikan dapat melaksanakan kegiatan Pembelajaran Tatap Muka secara terbatas dengan terlebih dahulu mengisi daftar periksa protokol kesehatan. Artinya Sekolah apabila ingin melaksanakan kegiatan belakar tatap muka secara terbatas maka wajib memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang haruis dipenuhi. Setelah sekolah mengisi daftar isian persyaratan dan melalui verifikasi petugas untuk diijinkan mengadakan pembelajaran tatap muka secara terbatas. Pada saat sekolah menyelenggarakan pembelajaran tatap muka secara terbatas, sekolah dapat melaksanakan kembali pembiasaan-pembiasaan yang menjadi program sekolah.
Praktik baik dari program pembiasaan yang dikembangkan oleh SMPN 9 Bandung antara lain : 5S ( salam senyum sapa sopan santun ) setiap pagi, solat Dhuha, Literasi, GPS, Olah raga bersama, Keputrian, pelayanan Rohani ( Non Muslim ), dan baca tulis Alqur’an. Program pembiasaan sekolah tersebut sebenarnya sudah dissosialisasikan pada saat MPLS secara daring, akan tetapi mengingat pembelajaran dilakukan secara daring sehingga pembiasaan-pembiasaan tersebut seolah-olah terlupakan oleh semua warga sekolah. Ini terbukti saat pagi hari, saya berada di depan pintu gerbang sekolah untuk menyambut Peserta Didik dengan pembiasaan 5S ( senyum sapa salam sopan santun ) terkesan siswa cenderung diam tanpa salam dan langsung nyelonong begitu saja. Hal ini membuat saya sebagai Kepala Sekolah merasa prihatin.
Keprihatinan saat melihat sikap siswa hadir ke sekolah pagi hari, membuat saya bertanya-tanya terhadap sikap siswa tersebut. melihat sikap siswa seperti itu membuat saya mencari tahu alasan kenapa hal tersebut terjadi. Dengan koordinasi dan komunikasi kepada seluruh warga sekolah, kemudian mengajak Bapa Ibu dan Staf TU untuk menyambut siswa dan memberikan doa agar mereka dapat belajar dengan baik dan kemudian menghimbau kepada seluruh warga sekolah untuk menyambut siswa tiap hari di pintu gerbang dan memberikan doa kepada mereka. Minggu-minggu awal masih banyak sikap siswa acuh tak acuh apabila bertemu dengan Bapa Ibu Guru, Staf TU, dan Laysus, dan Alhamdulillah saat ini sudah memberikan perubahan sikap siswa apabila bertemu dengan Semua warga Sekolah dan Tamu dengan menyapa memberikan salam terlebih dahulu.
Praktik baik melalui kegiatan pembiasaan tidak dapat dilihat secara langsung dapat dilihat hasilnya. Kita harus memiliki keyakinan bahwa melalui keteladanan dan komunikasi yang baik kepada semua warga sekolah dan siswa serta tidak pernah bosan untuk saling mengingatkan dalam kebaikan mudah-mudahan dapat membentuk karakter menjadi siswa yang soleh dan berakhlak mulia, menjadi pribadi yang selalu santun menuju profil pelajar Pancasila. aamiin